BAB II 22 okt 2010

BAB II
PEMBAHASAN
MOTIVASI AGAR MENJADI ORANG ALIM (ULAMA)


A.     HADITS PERTAMA
حدثنا سعيد بن عفير قَالَ حدثنا ابْنُ       عن        عن ابن شهاب  قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
البخارى ,  الكتاب: العلم ,  باب: من يرد الله به خيرا,
TERJEMAH
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata,  Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk kami,  dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang Allah SWT kehendaki menjadi baik maka Allah SWT faqihkan dia terhadap agama.  Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah SWT yang memberi.  Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah,  mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah”

KOSA KATA / MUFRADAT
Difahamkan                                 :
Membagi – bagikan                     :
Memberi                                     :
Tegak                                          :
Akan celaka                                :

PENJELASAN HADIST
Hadist ini mengandung tiga pelajaran penting :
  1. pentingnya mendalami ilmu agama
  2. pada hakekatnya yang memberi segalasesuatu adalah allah
  3. akan selalu ada sebagian orang yang berpegang teguh pada kebenaran (agama islam)
pelajaran pertama berkaitan dengan bab ilmu dan pelajaran kedua berkaitan dengan sedekah dan yang ketiga berkaitan dengan cirri-ciri hari kiamat,  (akan selalu ada sebagian orang yang berpegang teguh pada kebenaran) karena hal itu mengisyaratkan bahwa seorang mujtahid akan tetap ada sepanjang masa.
      Adapun yang dimaksud dengan        disni adalah angin yang mencabut jiwa setiap orang yang beriman dan membiarkan orang-orang jahat tetap hidup sehingga mereka akan menyaksikan dahsyatnya hari kiamat.
      Ketiga hadist diatas sangat berkaitan dengan bab”Ilmu”,  karena hadist tersebut menjelaskan bahwa orang yang mendalami agama Allah SWT  akan selalu mendapat kebaikan,  dan hal ini tidak hanya dapat dicapai oleh manusia dengan usaha saja,  tetapi dapat dicapai juga oleh orang yang hatinya telah dibukakan oleh Allah,  dan orang semacam itu akan tetap ada sampai hari kiamat nanti.  Imam Bukhari berpendapat,  bahwa  orang-oramg tersebut adalah para ulama hadist,  Ahmad Bin Hambal Berkata, ” jika bukan ulama hadist maka saya tidak tahu siapa mereka. ”
      Al Qadhi iyad berkata, ”yang dimaksud Imam Ahmad adalah ahli sunah wal jama’ah dan orang-orang yang mengikuti jejak para ulama hadist.  Dalam Hal ini,  Imam Ahmad Berpendapat  bahwa kelompok tersebut adalah kelompok mukmin yang terdiri dari orang-orang yang menjalankan perintah Allah SWT  seperti para Mujahid(orang yang jihad),  Ahli fiqih, ahli hadist, orang yang zuhud,  orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,  dan kebaikan-kebaikan lainya. ”
      Maksud          adalah,  akan menjadikannya sebagai orang yang memahami agama, seperti yang telah dijelaskan. Penggunaan kata           (kebaikan) menggunakan bentuk nakirah (indefinit) yang menunjukan arti yang lebih umum,  yaitu mencakup kebakian yang sedikt maupun yang banyak. Dari hadist ini dapat dipahami secara implisit,  bahwa orang yang tidak mendalami agama atau tidak mempelajari dasar-dasar dan masalah-masalah furu’iyyah (cabang) dalam islam,  maka ia tidak mendapat kebaikan.
      Abu Ali telah meriwayat kan hadist Muawiyah dari jalur lain sanad dha’if (lemah) yang berbunyi,                      ( barang siapa yang tidak mendalami agama, maka Allah SWT tidak akan memperhatikannya).  Meskipun lafaznya berbeda,  akan tetapi maksudnya dapat dibenarkan.  Karena orang yang tidak mengetahui permasalahan agamanya,  maka ia tidak dapat disebut  sebagai orang yang mendalami agama.  Oleh karena itu,  ia dapat dikatakan sebagai orang yang tidak menginginkan kebaikan.  

HADITS KEDUA

. 2 حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا أَبُو خُلَيْدٍ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ الدِّمَشْقِيُّ عَنْ ابْنِ ثَوْبَانَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ قُرَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ضَمْرَةَ السَّلُولِيِّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرَ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ أَوْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا  4102
ابن ماجة,  الكتاب : زهد ,  باب : مثل الدنيا
TERJEMAH
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Maimun Ar Raqqi telah menceritakan kepada kami Abu Khulaid 'Utbah bin Hammad Ad Dimasyqi dari Ibnu Tsauban dari 'Atha bin Qurrah dari Abdullah bin Dlamrah As Saluli dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah dia berkata,  "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya,  kecuali dzikir kepada Allah SWT dan yang berhubungan dengannya,  atau seorang yang 'alim dan mengajarkan ilmunya”
KOSA KATA / MUFRADAT
Terkutuk                                     :
Orang yang alim                           :
Pembelajar                                  :
PENJELASAN HADIST
Nabi bersabda                           (sesungguhnya dunia itu terlaknat) maksudnya dunia itu di benci oleh Allah SWT karena keadaannya yang menjauhkan manusia dari beribadah kepada –Nya .                             (terlaknatpada apa yang ada padanya) yakni segala yang enyibukkan daripada beribadah kepada Allah SWT .
(melainkan orang yang ingat kepada Allah SWT dan yang berhubungan dengannya) yakni encintai Allah SWT dengan mengerjakan kebaikan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT atau dengan kata lain menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya. .                           (dan orang yang alim dan orang yang belajar) maksudnya ilmu yang bermanfaat.

B.     HADITS KETIGA

. 3 - حدثنا محمد بن الحسين الأنماطي حدثنا عبيد بن جناد حدثنا عطاء بن مسلم الخفاف حدثنا مسعر عن خالد الحذاء عن عبد الرحمن بن أبي بكرة عن أبيه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول اغد عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا ولا تكن الخامس فتهلك
المعجم الصغير للطبرانى,  باب الميم من اسمه محمد,  الجزء 2,  ص.  63.

TERJEMAH
Dari Abi Bakrah,  dari ayahnya berkata: saya mendengar Rasulullah Saw,  bersabda jadilah seorang yang alim (berilmu) atau pembelajar atau pendengar atau pencinta ilmu dan jangan menjadi golongan kelima maka kamu akan hancur.
KOSA KATA / MUFRADAT
Pendengar                                   :
Pencinta                                      :
Maka kamu akan hancur              :
PENJELASAN HADIST
Orang kelima yang dimaksud dalam hadis ini adalah bukan orang berilmu, bukan penuntut ilmu, orang yang malas mendengarkan kajian yang membahas ilmu dan yang tidak suka terhadap ilmu. Dan kita dilarang menjadi orang kelima ini. Sungguh kerugianlah sebenarnya yang akan didapat oleh orang kelima ini.
Ilmu pengetahuan harus diambil sebanyak-banyaknya. Tak peduli siapa yang memegang dan dari mana asal si pemegang. Tak peduli di mana tempat ilmu tersebut, kita disuruh untuk mengambilnya. Rasulullah pernah mengatakan bahwa hikmah (ilmu) itu adalah milik orang Islam, ambillah di mana pun tempatnya. Bahkan, walau pun di negeri China. Kewajiban ini juga tidak dibatasi oleh usia. Titik mulainya kewajiban menuntut ilmu itu mulai dari buaian, sejak bayi lahir, sampai liang lahat, sampai si bayi tersebut menutup lembar hidupnya, dimasukkan ke liang lahat, tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mengenai tidak perlunya memilah kepada siapa kita menuntut ilmu dapat kita lihat contoh pada Imam Syafii, salah seorang imam mazhab di dalam riwayat hidupnya menjelaskan bahwa salah seorang gurunya beragama Yahudi (sewaktu beliau tidak mengetahui ciri anjing baligh). Hal ini berarti bahwa memang yang terpenting adalah ilmunya.

C.     HADITS KEEMPAT

. 4 حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنِ الْمُنْذِرِ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً كَانَ لَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْتَقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْتَقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ عَوْنَ بْنَ أَبِي جَحْفَةَ عَنِ الْمُنْذِرِ بْنِ جَرِيرٍ الْبَجَلِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ النَّهَارِ فَذَكَرَهُ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ ثُمَّ دَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ يُصَلِّي وَقَالَ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
احمد,    , 18367 اول مسند كوفيين,  من حديث جرير بن عبد الله

TERJEMAH
 Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Aun bin Abu Juhaifah dari Al Mundzir bin Jarir dari bapaknya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,  beliau bersabda: "Barangsiapa memulai kebaikan dalam Islam,  ia memperoleh pahala dan pahala siapa saja yang emnirunya sesudahnya dnegan tidak mengurangi pahala mereka sama seklai.  Sebaliknya barangsiapa memulai kebiasaan buruk dalam Islam,  ia mendapat dosanya dan dosa yang menirunya dengan tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun.  Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Al Qasim Telah menceritakan kepada kami Syu'bah mengatakan,  aku mendengar 'Aun bin Abi Jahafah dari Almundzir bin Jarir Al Bajali dari ayahnya mengatakan,  kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam di awal siang,  lantas ia sebut redaksinya.  Hanya ia mengatakan,  lantas beliau menyuruh Bilal mengumandangkan adzan,  kemudian beliau masuk kamar dan keluar kamarnya dan mendirikan shalat.  Kata ayah Jarir,  seolah-olah beliau disepuh emas (maksudnya beliau bersinar-sinar wajahnya karena gembira melihat kesegeraan sahabat taat kepada Allah).
KOSA KATA / MUFRADAT
Memulai                    :
Pahala               :
Dosa                :
Mengurangi          :
Awal                :
Disepuh emas         :
PENJELASAN HADIST
Nabi bersabda                                                                    
dan pada hadist lain 
Kedua hadist ini dibahas dalam pebahasan anjuran memulai perbuatan yang  baik dan larangan memulai perbuatan jahat.  Barang siapa memulai ataupun menyeru untuk berbuat baik maka ia akan mendapatkan pahala dan juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikuti perbuatan baiknya sampai hari kiamat,  begitu pula sebaliknya. Begitupun dalam mengajarkan ilmu pengetahuan ibadah sopan santun, dan lain-lain. Orang yang memulai (mengajak kepada kebaikan ataupun kejahatan orang itu akan terus menerus mendapatkan ganjaran (balasannya) baik selama hidupnya atau sesudah matinya
D.    HADITS KELIMA

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ قَالَ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا
4639,  فضائل القرآن,  خيركم من تعلم القرآن,  البخارى
TERJEMAH
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata,  Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu,  dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,  beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya. " Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata,  "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini”
KOSA KATA / MUFRADAT
Belajar               :
Mengajarkan          :
PENJELASAN HADIST
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran.  Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya,  manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata,  membaca Alquran,  karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”.  Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini.  Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini,  selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
DariAbdullah bin Masud Ra. ,  ia berkata: Rasulullah saw.  bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku.  Aku bertanya: Wahai Rasulullah,  aku harus membacakan Alquran kepada baginda,  sedangkan kepada bagidalah Alquran diturunkan? Rasulullah saw.  bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku.  Kemudian aku membaca surat An-Nisa'.  Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: {Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),  jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu). } Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku.  Dan ketika aku angkat kepalaku,  aku melihat beliau mencucurkan air mata.  Sahih Muslim No: 1332
Imam Nawawi berkata Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini,  di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran,  merenungi,  dan menangis ketika mendengarnya,  dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya,  dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran,  dibandingkan dengan membaca sendiri].
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya,  kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik.  Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an,  tetapi dia tidak mahir,  membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar),  dia akan mendapat dua pahala. ” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak.  Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis.  Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit.  Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit. ” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Sesunggunya Allah SWT mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya. ” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya. ” (Riwayat Muslim)
“Tidak bisa iri hati,  kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah SWT pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah SWT harta,  kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang. ” (Riwayat Bukhari & Muslim)
Rasulullah saw bersabda,  Allah SWT berfirman: “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku,  sehingga tidak sempat meminta kepada-KU,  maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.  Dan keutamaan kalam Allah SWT atas perkataan lainnya adalah seperti,  keutamaan Allah SWT atas makhluk-Nya.  (Riwayat Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh. ” (Riwayat Tirmidzi)
“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an,  bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca. ” (Riwayat Abu Dawud,  Tirmidzi dan Nasa’I)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya,  Allah SWT memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia.  Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini. ” (Riwayat Abu Dawud)
Abdul Humaidi Al-Hamani,  berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri,  manakah yang lebih engkau sukai,  orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an.  Karena Nabi saw bersabda.  ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. ”


BAB III
KESIMPULAN


  1. Barangsiapa yang Allah SWT kehendaki menjadi baik maka Allah SWT faqihkan dia terhadap agama
  2. `1         3
  3. Dunia dan isinya terlaknat kecuali orang yang taat kepada Allah SWT atau orang yang alim yang mengamalkan ilmu nya serta orang yang belaajar ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dunia dan akhirat
  4. jadilah seorang yang alim (berilmu) atau pembelajar atau pendengar atau pencinta ilmu dan jangan menjadi golongan kelima maka kamu akan hancur
  5. baarang siapa memulai (menyeru) pada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala dan pahala orang yang menirunya sampai hari kiamat. baarang siapa memulai (menyeru) pada kejahatan maka dia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang menirunya sampai hari kiamat
  6. Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar . 2002 . Fathul Bari Syarah Sahih Al-Bukhari. Jakarta : Pustaka Azzam

Sunarto, Achmad. 2002. Kamus Lengkap Al-Fikr. Surabaya  : Halim Jaya

Syarah Riyadussholihin

Terjemah Syaikh Bukhari

BAB I ULUMUL HADIST 22 OKT 2010


BAB I
PENGANTAR

Pada makalah ini penulis akan membahas beberapa hadist yang bisa menjadi motivasi kita agar menjadi orang alim (ulama). Sebagai bekal kita sebelum memasuki bab selanjutnya maka terlebih dahulu penulis menguraikan sedikit mengenai pengertian dari motivasi dan ulama, yang mungkin dapat dikatakan sebagai kata kunci dalam judul makalah ini.
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang kearah suatu tujuan , sedangkan ulama secara bahasa berasal dari kata kerja dasar alima (telah mengetahui) ; berubah menjadi kata benda pelaku “alimun” (orang yang mengetahui – mufrad) dan ulama (jamak taksir). Berdasarkan istilah , pengertian ulama dapat dirujuk pada Al-Qur’an dan hadist.
Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøƒèC ¼çmçRºuqø9r& šÏ9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 žcÎ) ©!$# îƒÍtã îqàÿxî ÇËÑÈ  
28. dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Dalam hadist dikatakan :

Artinya : “Ulama adalah pewaris para nabi-nabi”.
Dari pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi menjadi orang alim adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang untuk menjadi ulama (orang yang takut kepada Allah – orang yang disebut pewaris para nabi-nabi).
Untuk menjadi orang yang alim ,yang berilmu pengetahuan luas tentulah terlebih dahulu kita harus belajar.Dengan belajar kita akan mendapatkan ilmu yang banyak, semakin banyak ilmu yang kita dapat diharapkan membuat kita semakin tunduk kepada Allah swt, membuat kita menjadi hamba-Nya yang tawadhu, sebagaimana ilmu padi “semakin berisi semakin merunduk”.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an serta hadist yang membahas tentang keutamaan orang yang berilmu yang bisa memotivasi kita untuk menjadi orang yang alim. Salah satu ayat Al-Qur’an yaitu yang terdapat dalam Q.s Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya: ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al mujadalah: 11)

Pada ayat diatas, Allah tidak menentukan jumlah derajatnya, karena derajat yang dimaksudkan oleh ayat diatas adalah berdasarkan keimanan dan ilmu seseorang ,semakin kuat keimanan seseorang dan semakin banyak ilmunya yang bermanfaat untuk orang lain, maka derajatnya akan bertambah tinggi, oleh karena itu perbanyaklah  ilmu dan kuatkanlah iman.
Adapun keutamaan orang yang berilmu (orang alim) yang disebutkan dalam hadits maka akan di bahas dalam makalah ini. Diharapkan dengan mengkaji beberapa hadits yang akan disajikan nantinya dapat memotivasi kita untuk menjadi orang yangberilmu. amin

TUGAS TAFSIR 21 OKT 2010 IAIN ANTASARI (BAB I)

BAB I
PENGANTAR

Pada makalah ini penulis akan membahas beberapa hadist yang bisa menjadi motivasi kita agar menjadi orang alim (ulama). Sebagai bekal kita sebelum memasuki bab selanjutnya maka terlebih dahulu penulis menguraikan sedikit mengenai pengertian dari motivasi dan ulama, yang mungkin dapat dikatakan sebagai kata kunci dalam judul makalah ini.
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang kearah suatu tujuan , sedangkan ulama secara bahasa berasal dari kata kerja dasar alima (telah mengetahui) ; berubah menjadi kata benda pelaku “alimun” (orang yang mengetahui – mufrad) dan ulama (jamak taksir). Berdasarkan istilah , pengertian ulama dapat dirujuk pada Al-Qur’an dan hadist.
Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :
  
28. dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Dalam hadist dikatakan :

Artinya : “Ulama adalah pewaris para nabi-nabi”.
Dari pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi menjadi orang alim adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang untuk menjadi ulama (orang yang takut kepada Allah – orang yang disebut pewaris para nabi-nabi).
Untuk menjadi orang yang alim ,yang berilmu pengetahuan luas tentulah terlebih dahulu kita harus belajar.Dengan belajar kita akan mendapatkan ilmu yang banyak, semakin banyak ilmu yang kita dapat diharapkan membuat kita semakin tunduk kepada Allah swt, membuat kita menjadi hamba-Nya yang tawadhu, sebagaimana ilmu padi “semakin berisi semakin merunduk”.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an serta hadist yang membahas tentang keutamaan orang yang berilmu yang bisa memotivasi kita untuk menjadi orang yang alim. Salah satu ayat Al-Qur’an yaitu yang terdapat dalam Q.s Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :

Artinya: ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al mujadalah: 11)

Pada ayat diatas, Allah tidak menentukan jumlah derajatnya, karena derajat yang dimaksudkan oleh ayat diatas adalah berdasarkan keimanan dan ilmu seseorang ,semakin kuat keimanan seseorang dan semakin banyak ilmunya yang bermanfaat untuk orang lain, maka derajatnya akan bertambah tinggi, oleh karena itu perbanyaklah  ilmu dan kuatkanlah iman.
Adapun keutamaan orang yang berilmu (orang alim) yang disebutkan dalam hadits maka akan di bahas dalam makalah ini. Diharapkan dengan mengkaji beberapa hadits yang akan disajikan nantinya dapat memotivasi kita untuk menjadi orang yangberilmu. amin